Kamis, 22 September 2011

Persiapan Dini Pensiun


Persiapan Dini Pensiun lebih penting daripada Persiapan Pensiun Dini. Persiapan pensiun dini memiliki pengertian mengakhiri masa pengabdian pada tempat kerja atau profesi sebelum tiba waktunya. Dimana rata-rata usia pension 55 sd 60 tahun, maka pension dini dapat diartikan mengakhiri masa kerja sebelum usia tersebut. Persiapan pension dini akan mengarahkankan pada pemenuhan pendapatan dan tabungan sebanyak mungkin utuk bekal saat tidak lagi bekerja. Maka persiapan pension dini menuntut seseorang untuk memforsir sebagian besar waktu dan kemampuannya untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya sebagai bekal pension dini. Jika dalam memforsir pendapatan dilakukan dengan cara yang wajar tidak ada masalah, tetapi akan sangat berbahaya apabila memforsir pendapatan dengan cara yang tidak wajar bisa-bisa menikmati masa pension bersama pihak berwajib dengan bermacam kasus.
Pada lain hal persiapan pension dini memiliki arti keinginan berhenti dari tempat bekerja sebagai karyawan untuk selanjutnya berwirausaha. Pension model ini tidak sepenuhnya berhenti bekerja, tetapi hanya pindah kuadran dari karyawan menuju pemilik usaha.
Persiapan dini pension lebih menekankan pada menyiapkan segala kondisi khususnya kondisi keuangan untuk memenuhi kebutuhan setelah tidak lagi berpenghasilan. Berpenghasilan memiliki arti luas untuk karyawan yang tidak lagi bekerja dan pengusaha yang menyerahkan perusahaan kepada penerusnya. Meskipun tidak ada istilah pension bagian sebagian besar pegusaha, tetapi alangkah indahnya jika pada masa tuanya tidak lagi secara aktif mengurus perusahaan, tinggal melakukan pengawasan dan bimbingan kepada penerusnya.
Pentingnya persiapan dini pension perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
  1. Inflasi sebagai hukum alam dalam perekonomian menyebabkan harga dan biaya hidup menjadi semakin mahal. Biaya hidup saat ini akan menjadi berlipat-lipat nilainya pada masa yang akan dating.
  2. Rentang waktu yang cukup panjang jika mempersiapkan pension sejak dini, sehingga tersedia waktu yang cukup untuk mengejar laju inflasi biaya hidup yang akan dating.
  3. Nilai dana untuk persiapan pension yang disisihkan dari penghasilan setiap bulan bisa kecil apabila dilakukan sejak dini. Hal ini disebabkan nilai yang kecil tersebut akan menjadi cukup untuk biaya pension karena terdorong pertumbuhan nilai investasi oleh inflasi dan teori time value of money.
Selain persiapan keuangan sejak dini, untuk pension persiapan yang tidak kalah penting diantaranya :
  1. Persiapan mental spiritual, dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pemilik kehidupan yang hakiki guna menghindari post power syndrome saat pension. Juga tempat berserah diri atas rizki yang diberikan oleh Nya saat tidak lagi bekerja.
  2. Persiapan kesehatan, perlu menjaga pola makan dan olahraga secara teratur agar tetap fit pada usia lanjut. Sayang apabila dana pension yang telah direncanakan jauh hari akan berpindah secara cepat ke rekening para medis.

Selasa, 13 September 2011

Menyikapi Gaji Pas-Pasan

Gaji pas-pasan merupakan pernyataan klise bagi sebagian besar karyawan baik PNS maupun swasta. Pas-pasan sebagai sebuah perasaan dan fakta yang terjadi sebagai sebuah relativitas yang harus dapat disiasati dengan tenang. Pas-pasan disebut relative karena sangat tergantung dari berbagai macam situasi, kondisi, sudut pandang, emosi dan jangka waktu tententu.
Berdasarkan fakta yang ada, tidak dipungkiri memang ada sebagian lapisan masyarakat yang sangat wajar apabila disebut berpenghasilan pas-pasan. Diantara mereka ada yang hasil kerja hari ini untuk hari ini saja, sangat sulit untuk dapat menyisihkan hanya sekedar untuk besok. Kondisi ini dapat dimaklumi karena keterbatasan ilmu, pendidikan yang rendah, akses informasi bahkan mental menerima apa adanya tanpa keinginan belajar dan melatih skill pekerjaan.
Bagi karyawan dengan pekerjaan dan penghasilan tertentu yang merasa pas-pasan baiknya meneliti kembali dengan tenang, pikiran jernih, instrospeksi secara mendalam penyebab pas-pasan tersebut. Karena bisa jadi penyebab gaji terasa pas-pasan adalah pengeluaran yang terlalu besar, membandingkan dengan gaji orang lain yang lebih tinggi, pengetahuan/ketrampilan yang kurang sehingga imbalan menjadi kecil.
Tips berikut ini bisa mengatasi sebagian dari masalah gaji pas-pasan:
  1. Mengatur pengeluaran. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh penghasilan dengan pengeluaran, dapat diidentifikasi besaran pos-pos biaya hidup terhadap penghasilan. Pos-pos pengeluaran yang tidak perlu bisa dihapus atau dikurangi demi menyesuaikan dengan penghasilan. Sehingga pendapatan yang sebelumnya dirasakan pas-pasan bisa terasa cukup bahkan bisa sedikit surplus untuk ditabung. Factor pikologis sangat penting dalam mengatur pengeluaran utamanya dalam menghapus atau mengurangi pos-pos biaya hidup. Focus pada tujuan yang kuat dan komunikasi dengan pasangan penting dalam menyesuaikan penghasilan dengan pengeluaran agar tidak terasa pas-pasan.
  2. Tutup mata terhadap penghasilan orang lain yang lebih besar. Setiap orang  yang lahir di dunia telah digariskan rizki, jodoh dan batas usianya. Menutup mata terhadap rizki orang lain artinya jangan serta-merta terpendam perasaan “iri yang negative” yaitu iri dengan rizki orang lain tanpa memandang prestasi, masa kerja dan dedikasi pihak yang kita anggap memiliki penghasilan lebih besar. Berpikir positif terhadap orang yang penghasilannya lebih besar yaitu dengan belajar dari orang tersebut bagaimana bekerja, berdedikasi, keterampilan dan pengetahuannya. Dengan sedikit merendahkan hati, lambat laun kualitas kerja dan pengetahuan akan setara dengan pihak yang kita anggap berpenghasilan lebih besar.
  3. Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan. Hasil dari instrospeksi pada nomor.2 diatas baiknya memotivasi kita untuk senantiasa menambah pengetahuan dan melatih keterampilan berhubungan dengan pekerjaan yang digeluti sekarang. Dengan sedikit merendahkan hati, mari berinstropeksi bila gaji yang diterima saat ini terasa sedikit/ pas-pasan bisa jadi pengetahuan dan skill masih dianggap kurang. Bekerja jadikan sebuah proses belajar yang dibayar. Saat sekolah dan kuliah kita membayar untuk diberi tugas dan dimarahi, maka harus berbesar hati untuk terus belajar saat bekerja diberi tugas,dimarahi,dikritik namun dibayar. Pengetahuan dan keterampilan di luar urusan kerja bisa juga dipelajari untuk mengembangkan pribadi yang multi talent dan multi skill. Dengan demikian kita siap dipindahkan ke bagian lain yang lebih menantang dengan imbalan yang lebih baik dari sebelumnya.      
  4. Bekerja atau berbisnis part-time. Apabila telah merasa memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih dari proses menambah pengetahuan dan melatih keterampilan, adakalanya peningkatan kapasitas tersebut belum dihargai tempat kerja. Bekerja part-time untuk menguji keilmuan dan keterampilan baru perlu dipraktekkan sekalian untuk menambah penghasilan. Tidak perlu berhitung terlalu detil soal imbalan yang akan diperoleh dalam bekerja part-time, minimal tidak rugi secara ongkos transport, konsumsi dan akomodasi. Nikmati sebagai proses mengasah pengetahuan, keterampilan dan menjalin relasi lebih luas. Saat menawarkan jasa atas pengetahuan dan keterampilan tersebut sesungguhnya sudak termasuk kategori berbisnis. Perlu mencari peluang bisnis menjual barang untuk rekan kantor atau masyarakat diluar kantor apabila masih belum percaya diri menawarkan jasa pengetahuan/keterampilan. Yang perlu diperhatikan lebih penting lagi dalam bekerja atau berbisnis part-time ini adalah kelihaian dalam mengatur waktu dengan waktu kerja yang utama yang saat ini anda geluti.
  5. Keluar dari pekerjaan. Sebagai pilihan terakhir apabila semua usaha untuk mengatasi gaji yang pas-pasan telah dilakukan. Dalam proses bekerja atau berbisnis secara part time tidak menutup kemungkinan mendapat hasil yang lebih banyak dan lebih menjanjikan dari hasil dari pekerjaan sebagai karyawan yang dijalani saat ini. Keluar dari pekerjaan hendaknya diniatkan dengan niat yang tulus dan cara yang baik. Niat yang tulus diantaranya untuk lebih dekat dengan keluarga, menambah penghasilan demi kesejahteraan keluarga. Cara yang baik keluar pekerjaan akan memberikan proses alih tugas secara mulus. Jangan rugikan tempat kerja dengan resign secara mendadak dan memutuskan hubungan. Hargai tempat bekerja sebelumnya sebagai salah satu tempat pencatat perjalanan hidup dalam menuntut ilmu dan pengalaman. Siapa tahu dapat order dari hubungan yang masih terjalin baik dengan tempat kerja sebelumnya.

Rabu, 07 September 2011

Tenang dan Bijak Dalam Berhutang

Dalam kehidupan manusia berhutang ibarat menjadi bagian kehidupan itu sendiri. Berhutang dalam arti mengikatkan diri  dengan kewajiban  pada orang lain/ lembaga pada jangka waktu tertentu. Dari bermacam-macam hutang piutang  antar manusia atau lembaga yang paling sering terjadi antara lain hutang piutang harta baik dalam bentuk uang maupun barang. Hutang piutang antar personal/ pribadi baiknya dihindari apabila untuk tujuan usaha yang bersifat spekulatif. Untuk tujuan usaha/bisnis lebih baik berhubungan dengan lembaga keuangan yang resmi  untuk menghindarkan dari rusaknya hubungan pertemanan atau persaudaraan.
Ada sebuah kata-kata bijak yang menarik untuk disimak bahwa apabila berhutang kepada teman/saudara untuk usaha yang masih belum pasti tingkat keberhasilannya akan terjadi 2 kerugian yang besar. Kerugian pertama adalah kita bisa kehilangan teman karena hubungan menjadi tidak nyaman jika usaha macet dan hutang tidak kunjung terbayar. Kerugian kedua yang jauh lebih besar ada pada teman kita yaitu dia kehilangan teman dan uangnya sekaligus.
Sedangkan apabila pinjaman atau hutang didapatkan dari bank atau lembaga keuangan lainnya, potensi kehilangan teman bisa diminimalkan karena hubungan bukan dengan personal tetapi dengan lembaga. Lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan lain juga dapat memberikan solusi yang baik jika pinjaman/ hutang macet.
Untuk  mendapatkan solusi yang baik atas hutang diperlukan sebuah ketenangan dalam menghadapinya.  Ketenangan diperlukan saat mengambil hutang,membayar dan saat hutang itu macet.
Tenang saat mengajukan/mengambil hutang.  Ketenangan saat mengajukan/mengambil hutang sangat penting untuk kesuksesan mendapatkan persetujuan. Pengajuan hutang dalam bentuk kartu kredit, pemilikan rumah maupun pinjaman tanpa agunan ditentukan oleh 5C(character, collateral, capital, conditions, capacity). Character dapat dipelajari oleh pemberi pinjaman/hutang berdasarkan ketenangan saat bertatap muka atau wawancara via telephone. Sedangkan 4C lainnya diperiksa secara administrative yang perlu dikuatkan dengan character berdasarkan ketenangan saat wawancara. Dengan ketenangan yang baik calon penerima pinjaman dapat dengan terperinci ,jelas serta meyakinkan untuk dapat diberi hutang/pinjaman. 
Tenang saat membayar hutang. Ketenangan saat membayar hutang lebih ditekankan untuk mencermati secara lebih teliti waktu jatuh tempo dan besaran angsuran tiap periodenya. Adakalanya ketidaktenangan menyebabkan kesalahan waktu dan jumlah pembayaran.
Tenang menghadapi hutang yang belum terbayar. Ketenangan saat belum mampu membayar harus lebih disiapkan untuk menghindari hal-hal yang lebih buruk. Dengan menghadapi situasi macet bayar secara tenang akan dapat dilakukana langkah-langkah antara lain :
1.       Mendekatkan diri kepada  Allah SWT Tuhan YME sebagai satu-satunya tempat memohon perlindungan.
2.       Jaga komunikasi secara  teratur dengan pemberi pinjaman untuk menunjukkan itikad baik.
3.       Tetap bekerja,tidak perlu putus asa dan gunakan penghasilan dengan prioritas untuk mengangsur hutang setelah terpenuhi kebutuhan pokok.
4.       Hindari gaya hidup yang berlebihan agar terhindar dari amarah pemberi hutang.
5.       Apabila memungkinkan justru harus mengurangi standar gaya hidup tanpa harus menderita dan menjual asset untuk mengangsur pinjaman.
6.       Dengan jiwa dan pikiran yang tenang, menjual asset untuk membayar/mengangsur hutang dapat diperoleh harga yang baik.
Tenang dalam berhutang selanjutnya untuk lebih berhati-hati,teliti  dan rasional dalam mengajukan hutang. Hutang tidak harus dihindari hanya perlu dipahami konsekuensi dan tanggungjawab dalam hutang tersebut. 

Selasa, 30 Agustus 2011

Mengasah Kecerdasan Finansial Anak


Jika memperhatikan sekeliling kita akan tampak tipe orang tua,remaja dan anak-anak yang dengan ringannya shopping barang-barang atau jasa yang sebetulnya bukan termasuk barang-barang kebutuhan primer. Tipe yang lain orang tua,remaja dan anak-anak yang senantiasa berhemat, menabung, berinfaq,sedekah dan berhati-hati dalam membeli barang dan jasa disesuaikan dengan kebutuhan.

Kedua tipe diatas merupakan produk dari pendidikan,umumnya pendidikan yang bersifat tidak langsung di dalam lingkungan paling dekat yaitu keluarga dimana orang tua sebagai pendidik bagi anak/ buah hatinya. Pendidikan tidak langsung adalah pendidikan yang secara tidak sengaja diperoleh anak dengan mengamati dan akhirnya meniru para orang tua dalam memperlakukan uang utamanya dalam perilaku berbelanja. Dengan demikian orang tua hendaknya berhati-hati dalam perilaku berbelanja, berinfaq dan menabung untuk memberikan keteladanan pada anak-anak. Atau bisa juga secara sengaja dan aktif mengasah kecerdasan finansial anak dengan pendidikan,pelatihan serta pemahaman tentang kegiatan belanja, berinfaq dan menabung.
Setidaknya dalam mengenalkan anak pada uang untuk mengasah kesadaran dan kecerdasannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Memberikan pengertian antara kebutuhan dan keinginan, Dalam tahap ini anak sesekali perlu diajak berbelanja di pasar atau supermarket dalam memenuhi kebutuhan untuk seluruh anggota keluarga maupun kebutuhan anak. Dengan demikian akan terbentuk pemahaman tentang memilih barang/jasa yang merupakan kebutuhan utama. Perlu juga diajarkan membandingkan harga antar barang/jasa dan menbandingkan kualitas barang/jasa. 

Melatih menabung, Menabung sesuai dengan asal katanya berarti menyimpan uang di dalam tabung atau celengan. Uang yang ditabung bisa merupakan satu kesatuan dengan uang jajan harian/bulanan atau orang tua dapat memberikan anggaran khusus pada anak sejumlah uang untuk dimasukkan celengan. Setelah menginjak usia tertentu perlu dikenalkan cara menabung atau menyimpan uang  di bank.

Melatih kemandirian, Kemandirian yang perlu dilatih pada anak agar terampil mengatur uang antara lain dengan memberikan anggaran didepan dalam jangka waktu tertentu untuk berbelanja dan menabung. Kemandirian lain yang bisa dilatihkan pada anak adalah untuk berbelanja minimal kebutuhannya sendiri di toko, pasar atau supermarket. Melatih anak untuk berangkat dan membuka sendiri rekening tabungan di bank juga perlu untuk membiasakannya menabung setelah menyisihkan uang belanja.

Mengajarkan keterampilan, Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan untuk memberikan nilai tambah diluar kemampuan akademisnya seperti menjahit, mengetik, melukis, olahraga, bermusik, mengarang, memasak dll. Keterampilan tersebut minimal akan menjadi life skill untuk mengurangi ketergantungan anak pada orang lain yang berarti dapat mengurangi pengeluaran uang untuk membayar orang guna menyelesaikan kesulitannya. Apabila dioptimalkan bahkan dimaksimalkan keterampilan tersebut dapat memberikan penghasilan yang bersifat penghasilan tambahan atau penghasilan utama yang menjadi profesi di kemudian hari.  
Kesadaran berbagi, Berbagi dalam hal ini kerelaan untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk kegiatan agama, sosial kemasyarakatan dan fakir miskin. Menyisihkan uang bisa dengan mengurangi uang jajan pada hari-hari tertentu, mengambil sebagian tabungan atau sebagai bentuk latihan orang tua bisa memberikan anggaran khusus pada anak untuk dibelanjakan pada kegiatan agama atau sosial kemasyarakatan.

Dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kesadaran serta kecerdasan keuangan pada anak secara sengaja dan terprogram para orang tua akan terbentuk perilaku konsumsi, belanja, investasi yang positif. Maka akan lahir generasi masa depan yang sadar dan cerdas dalam mencari penghasilan, membelanjakan penghasilan dan menabung.

Rabu, 20 Juli 2011

Cukup Tidak Cukup Harus Bisa Menabung

Menabung  yang artinya menyisihkan harta untuk tujuan hari depan bisa jadi merupakan suatu kebiasaan yang berat. Menabung merupakan sebuah habit atau kebiasaan positif yang bisa dibentuk dengan penyadaran diri  tentang pentingnya hal tersebut. Masyarakat  petani telah memiliki kebiasaan menabung bahan makanan di dalam lumbung baik lumbung pribadi maupun lumbung desa untuk mengantisipasi masa paceklik pendek saat musim tanam berikutnya dan mengantisipasi masa paceklik panjang  jika terjadi kemarau panjang, wabah hama atau gagal panen lainnya. Dengan demikian saat tidak terjadi panen masih ada bahan makanan untuk dikonsumsi.
Bagaimana dengan masyarakat perkotaan atau masyarakat yang tidak bermatapencaharian sebagai petani? Masyarakat yang bukan petani jenis penghasilannya sebagian besar dalam bentuk uang sebagai gaji,upah atau hasil usaha yang diterima dalam periode tertentu baik harian,mingguan maupun bulanan. Masa paceklik pada pekerjaan jenis ini adalah masa menunggu dari masa penghasilan tiap periodenya. Kemampuan menabung untuk memenuhi kebutuhan selama masa gajian ke masa gajian berikutnya dapat menghindarkan diri dari kekurangan kebutuhan konsumsi rutin.
Menabung untuk memenuhi kebutuhan sebelum menunggu masa gajian berikutnya sesungguhnya merupakan menabung yang semu.  Dinamakan menabung semu karena ketahanan atas dana atau harta yang disimpan sangat pendek, karena bisa jadi dana yang disimpan akan habis atau sengaja dihamburkan menjelang tiba masa gajian berikutnya. Namun demikian tidak ada salahnya hal tersebut dilakukan sebagai bentuk latihan menabung, selanjutnya ketahanan dana/harta yang disimpan bisa diperpanjang untuk 2,3,4 kali masa gajian berikutnya.
Dengan memperpanjang ketahanan dana/harta simpanan,akan menjaga diri kita dari berhutang atau meminta-minta pada saat terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi  misalnya gaji terlambat, sakit, kecelakaan dsb. Tabungan dan ketahanan dana/harta yang disimpan dapat dibuat lebih banyak dan lebih lama untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar setelah antisipasi terhadap kondisi darurat tercukupi.
Bagaimana jika tidak bisa menabung karena uang yang diperoleh sudah habis untuk kebutuhan hidup. Kembali pada suatu sikap dan niat menabung itu sendiri sejauh mana telah menjadi tekad yang kuat. Sebagian orang bijak menganjurkan untuk menabung didepan yang artinya menyisihkan penghasilan sebelum dibelanjakan atau untuk keperluan lainnya. Sehingga tabungan benar-benar diciptakan secara sadar bukan sebagai penampungan uang sisa pengeluaran. Jika menabung hanya mengandalkan uang sisa pengeluaran bisa mengakibatkan gagal menabung atau nilai dana yang ditabung menjadi sangat kecil. Dengan nilai tabungan yang kecil menyebabkan ketahanan dana yang ditabung menjadi sangat lemah, hanya cukup untuk mengantisipasi kondisi darurat yang kecil-kecil saja bukan tujuan jangka panjang yang besar.
Seandainya tetap dirasakan tidak cukup juga menyisihkan dana yang diperoleh dari gaji atau sumber penghasilan yang ada sekarang, maka harus mengupayakan adanya penghasilan tambahan diluar penghasilan utama. Maka jelas sudah posting atas penghasilan yang diterima. Penghasilan utama untuk memenuhi pengeluaran rutin harian, sedangkan penghasilan tambahan hanya untuk mengisi pos tabungan. Demikianlah solusi menciptakan tabungan berdasarkan niat yang kuat menyisihkan penghasilan utama atau mencari penghasilan tambahan diluar penghasilan utama. 

Selasa, 19 Juli 2011

Makna Menabung Yang Semakin Luas

Menabung secara harfiah berasal dari memasukkan sesuatu yang berharga biasanya uang kedalam tabung. Tabung sebagai sarana menyimpan barang berharga untuk tujuan lain hari. Dalam masyarakat yang berkultur agraris dengan mata pencaharian utama pertanian dan perkebunan terdapat kebiasaan menabung dalam bentuk bahan makanan seperti padi dan palawija di dalam lumbung. Pelajaran menabung oleh orang tua kepada anak juga dengan cara memasukkan uang kedalam tabung bambu pada masyarakat pedesaan atau dalam tabung dengan nama celengan dari bahan tanah liat, plastik dan logam kaleng.
Seiring dengan tumbuhnya industri perbankan dan industri keuangan lainnya, makna menabung menjadi menyimpan uang dengan membuka rekening di bank dalam bentuk tabungan atau deposito. Dalam hal ini menabung tidak lagi memasukkan uang ke dalam tabung atau menyimpan di dalam celengan yang dapat dirasakan fisik keberadaan uang tersebut dengan menggoyangkan celengan untuk menikmati suara uang didalamnya. Sedangkan menyimpan uang di bank atau di lembaga keuangan lain menukar fisik uang dengan catatan diatas kertas buku tabungan atau rekening koran. Menyimpan uang di dalam tabung,celengan atau diluar lembaga keuangan lainnya menjadikan uang tidak bermanfaat bagi orang lain dan uang menjadi tidak memiliki nilai tambah dalam bentuk bagi hasil atau profit investasi.
Menabung dalam arti menyimpan dana atau kekayaan yang dimiliki saat ini untuk tujuan esok dalam jangka pendek maupun jangka panjang telah meluas tidak hanya menyimpan uang di tabung,celengan dan deposito di bank. Berkembangnya industri keuangan oleh bank,asuransi,pegadaian,pasarmodal dan lain-lain menjadikan makna menabung khususnya menyimpan uang dalam jumlah besar dan untuk jangka lebih panjang menjadi lebih luas. Menabung bisa dalam bentuk asuransi, reksadana, saham, obligasi, logam-mulia, properti dan lain-lain. Menabung dalam bentuk asuransi mengandung manfaat perlindungan terhadap kesehatan, kematian, kecelakaan dan ada potensi pertumbuhan dana yang disimpan. Sedangkan menabung dalam bentuk reksadana, saham, obligasi, logam-mulia dan properti akan meningkatkan nilai dana atau kekayaan serta melindungi nilainya dari tekanan inflasi. Apapun jenis produk tabungan yang dipilih semua mengandung nilai positif untuk menyisihkan dana/kekayaan yang dimiliki saat ini untuk tujuan masa depan lebih baik.  

Selasa, 14 September 2010

Keuangan Pasca Lebaran



Hari Raya Idul Fitri mau tidak mau suka atau tidak suka telah menambah beban keuangan sebagian besar keluarga muslim di Indonesia. Namun demikian kita semua ikhlas dengan belanja rutin tahunan ini yang merupakan belanja ekstra. Hal ini juga telah dipahami oleh semua kalangan baik pemerintah maupun pengusaha yang memberikan kebijakan Tunjangan Hari Raya. Bagaimana dengan pemanfaatan THR kita..?? Cukup,defisit atau surplus. Ada baiknya memang kebutuhan hari raya harus dicukup-cukupkan dengan THR yang diberikan perusahaan. Tetapi ada kalanya THR tersebut tidak cukup karena berbagai sebab yang disengaja atau tidak. Yang disengaja antara lain belanja dan konsumsi berlebihan, ini yang harus segera kita instropspeksi. Yang tidak disengaja misalnya sakit saat mudik, mobil rusak atau kecelakaan baik berat maupun ringan. Semuanya harus dipahami sebagai ujian, tergantung bagaimana kita menata hati kita. Jika terlanjur defisit pasca lebaran, maka segera membuat planning keuangan yang baik agar akhir tahun 2010 yang tinggal 3 bulan lagi dapat mencatatkan keuangan yang baik. Makna difisit antara lain jika kita berhutang demi pengeluaran lebaran dan atau dengan terpaksa mengurangi/mengambil tabungan dan investasi demi pengeluaran lebaran. Segera masuk kerja yang rajin dan tertib, gajian tanggal 25 lho, songsong tanggal tersebut dengan suka cita. Bagi para pebisnis ayo segera bangkit menyongsong peluang baru. Ada baiknya kondisi keuangan yang defisit pasca lebaran ini dijadikan starting point untuk disiplin dengan target break event point atau lunas hutang-hutang penyebab defisit pada akhir tahun 2010. Perlu puasa lagi untuk menekan konsumsi dan berhari raya lagi pada tahun baru 2011 nanti jika target keuangan berhasil dengan baik. Mari kita coba bersama.